Selasa, 12 Juni 2012

Tips Mewujudkan Niat Usaha

Tips Mewujudkan Niat Usaha

TRIBUN-TIMUR.COM, – Empat tips yang diharapkan bisa membantu mewujudkan niat wirausaha anda:

Pertama, cari teman-teman baru. Salah satu cara terbaik untuk mempelajari wirausaha adalah dengan berteman dengan sejumlah pengusaha. Tidak musti berteman dengan pengusaha yang kaya, tetapi bertemanlah dengan pelaku usaha yang biasa di mana dia bekerja untuk dirinya sendiri. Mulai dengan bergaul dengan pengusaha yang dekat dengan tempat tinggal Anda. Itu bisa membantu menciptakan pemikiran, “Jika mereka bisa, maka saya juga.”

Bertemulah dengan pelaku usaha dari berbagai industri. Semakin beragam gaya kewirausahaan yang ditemui, maka semakin kaya pengalaman kita.

Lantas bagaimana jika kita tidak kenal satu orang pun pengusaha? Mulailah bertanya dengan orang-orang untuk mengenalkan Anda ke sejumlah pengusaha. Bisa juga dengan mengikuti sebuah kelompok lewat LinkedIn atau Facebook. Cari teman pelaku usaha dari sana. Siapa tahu Anda bisa banyak bertemu pengusaha lewat jejaring sosial tersebut.

Kedua, pilih sejumlah pelaku usaha sebagai panutan. Pelaku usaha yang dijadikan contoh kiranya yang sudah terbukti kesuksesannya di dunia usaha. Mungkin kita tidak bisa berbincang dengan mereka secara dekat tapi kita bisa melakukan analisa kesuksesannya. Kita bisa memilih sejumlah merek ataupun perusahaan yang kita sukai.

Lalu, coba telaah pemilik usahanya melalui banyak hal seperti situs perusahaannya dan profil pengusahanya di media atau artikel lainnya. Bahkan mungkin ada buku mengenai otobiografi pengusaha tersebut yang bisa kita baca. Pelajari kepribadiannya dan gaya kepemimpinannya yang telah sedemikian rupa membentuk mereka atau perusahaan yang dijalankannya.

Ketiga, coba senangi bisnis kecil sebagai seorang pelanggan. Selain berteman dengan pengusaha, penting juga untuk berhubungan dengan bisnisnya. Tidak perlu langsung berpikir sebuah bisnis besar. Coba lirik sebuah bisnis kecil atau bisnis yang baru saja dimulai yang anda sukai.

Cari tahu pengalaman atau cerita pemilik usahanya. Apa yang mereka lakukan untuk menjadi berbeda. Lantas berpikirlah sebagai seorang konsumen karena dengan cara itu anda bisa tahu apa yang menarik yang kiranya bisa diambil sebagai masukan untuk usaha anda.

Keempat, melawan mitos berbicara bisnis. Maksudnya, seringkali calon pelaku usaha berpikir bahwa dibutuhkan pengetahuan dan keahlian yang mumpuni untuk memulai usaha. Padahal tidak perlu menjadi lulusan MBA untuk berwirausaha.

Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan berbisnis? Coba berlangganan sebuah majalah bisnis dan baca sesuatu yang Anda suka. Melalui hal itu, Anda bisa melihat bagaimana seseorang mengembangkan bisnisnya ataupun bagaimana menangani suatu masalah dalam berbisnis.

Jika Anda telah mulai berteman dengan pelaku usaha, belajar banyak dengan membaca apapun, berpikir lebih mengenai seperti apa menjadi seorang pengusaha, maka Anda akan tahu bahwa berbisnis tidak semenakutkan yang Anda pikir selama ini. Anda pun tidak perlu menunggu suatu waktu untuk menjadi wirausahawan, tapi sesegera mungkin.(*)
Editor : Ridwan Putra
Sumber : Kompas.com

TIPS WIRAUSAHA BAGI PEMULA

Jangan takut gagal ketika akan memulai usaha. Yang penting percaya diri, dan teruslah bermimpi! Mengapa kini banyak orang mulai memilih membuka usaha sendiri? Tentu banyak sekali alasan yang melatarbelakanginya. Salah satunya faktor kebutuhan yang makin meningkat, seiring kenaikan harga di segala bidang.

Kendati demikian, menurut Fauziah Arsiyanti, SE. MM. Dip IFP, Adviser Personal Financial Services dari First Principal Fiancial, keinginan berwirausaha ini tak hanya dilatarbelakangi faktor ekonomi saja. “Mereka yang hidup berkecukupan pun mau berwirausaha karena ingin mengaktualisasikan diri, tanpa perlu meninggalkan keluarga dengan bekerja di luar rumah,” ujar perempuan yang kerap disapa Zizi ini.
Misalnya, seorang perempuan yang sudah lama bekerja kantoran, merasa kariernya tak berkembang, dan ia pun bosan jika tinggal di rumah hanya mengurus anak saja. Nah, dengan berwirausaha, “Ia jadi makin terbuka, pintar mengatur uang, bisa mencari target pasar, tahu cara berpromosi, bahkan membuat produknya sendiri. Ia jadi lebih berkembang dari sebelumnya.”

DARI HOBI JADI BISNIS
Akan tetapi, Zizi menambahkan, bisa saja seseorang berkarier bagus, namun ia membutuhkan tantangan lain di luar rutinitasnya, lalu memutuskan berwirausaha. “Dengan bekerja kantoran, ia memiliki net working yang baik. Hal ini bisa menjadi modal ketika memutuskan berwirausaha, sehingga ia punya banyak klien.”
Faktor lain yang juga kerap dijadikan alasan berwirausaha, yaitu hobi. “Banyak orang merasa menemukan kepuasan batin dengan berwirausaha yang didasari hobinya.” Di samping itu, faktor anak pun biasanya menjadi alasan para perempuan memutuskan berwirausaha. Namun, Zizi mengingatkan, meski anak dapat diasuh sendiri, tetap harus fokus dengan usahanya agar semua dapat berjalan lancar.

Lalu, usaha apa saja yang dapat dilakukan di rumah? Menurut Zizi, berbagai usaha dapat dilakukan. Membuka les privat, salon, spa, pijat dan aromaterapi, menerima jahitan, membuka butik, kantin, katering, dan membuat kue, bahkan membuat website atau blog. Berikut tips dari Zizi, yang harus diperhatikan ketika akan memulai usaha bagi para pemula:

1. Miliki Mimpi!
Bermimpilah jadi pengusaha sukses, punya uang banyak, bisa liburan ke luar negeri dan tempat-tempat eksoktis, atau tak perlu memikirkan pekerjaan lagi karena sudah punya banyak uang. Lalu bayangkan, dari mana uang itu bisa mengalir ke rekening Anda, atau dari usaha apa agar bisa sukses. Apakah akan jadi pengusaha restoran, garmen, atau lainnya? Bayangkan secara jelas, dan sedetail mungkin. Semua kesuksesan berdasar dari mimpi. Jadi, jangan takut berkhayal atau bermimpi.

2. Obesi dan Hobi
Apa, sih, hobi Anda? Memasak, menjahit, atau mengajar anak-anak? Nah, Anda harus bisa menjalankannya dengan hati. Jadi, yang Anda lakukan memiliki jiwa, nyawa, dan nilai. Semua yang dilakukan dengan hati, pasti akan lebih lancar dijalankan.

3. Lihat Kenyataan
Setelah berkhayal, kembalilah ke realita. Kepala boleh di langit, tetapi kaki harus tetap menjejak bumi. Mulailah dari yang Anda punya, dan jangan membandingkan dengan milik orang lain. Jika mampu memasak dan hasilnya disenangi orang rumah, Anda berbakat membuka katering. Atau, sabar melatih anak, mampu dan terlatih mencarikan solusi bagi anak-anak yang kurang fokus belajar? Jadilah guru les dan pembimbing.

4. Buat Rencana Bertahap
Mulailah membuat rencana bertahap. Buatlah kondisi dari nol dengan satu syarat, selalu melihat ke depan. Misalnya, tak punya uang tapi punya modal kemampuan. Jika punya uang Rp 500 ribu dan pintar masak, apa yang akan dilakukan agar bisa menghasilkan lebih. Lakukan bertahap, perlahan, sesuai kemampuan. Jika dilakukan dengan benar, lambat laun keuntungan akan mengikuti Anda.

5. Susun Berbagai Rencana
Ketika usaha mulai berjalan, jangan hanya memiliki satu rencana saja. Buat juga rencana B, C, atau D. Misalnya, setelah membuka warung tapi sepi pengunjung, mulailah berpikir kreatif dan jalankan rencana B. Jangan menunggu orang datang, tapi harus menjemput bola dan tawarkan kemudahan lain. Misalnya, memberi pelayanan delivery service. Jika rencana B ternyata belum berhasil, jalankan rencana C, dan seterusnya.

6. Buat Anggaran
Jika usaha sudah berjalan, buat anggaran pengeluaran dan pemasukan dengan rapi. Pisahkan antara pemasukan dan pengeluaran dari gaji suami atau istri untuk biaya sehari-hari, dengan hasil usaha. Sebaiknya, uang dipecah ke dalam dua rekening bank, dan jangan masuk ke dompet, agar tidak boros dan mudah melihat laba yang didapat. Jika tak membuat anggaran dan hanya tambal sulam, Anda tak akan bisa melihat laba yang diraih. Yang ada, Anda justru tidak tahu apakah usahanya sukses atau gagal. Dengan membuat anggaran yang tepat, kesalahan yang muncul akan bisa dicari penyebabnya, dan dapat segera diperbaiki.***

Sumber: http://www.rumahzakat.org/detail_sharing.php?id=26

Senin, 04 Juni 2012

Empat kali memperkosa istri sebanyak sampai hamil Di Sidang dipengadilan

Suami Perkosa Istri pada Malam Pertama dari Tribunnews.com - Rabu, 2 Mei 2012 14:36 WIB Suami Perkosa Istri pada Malam Pertama TRIBUNNEWS.COM - Siapa sangka, malam pengantinnya menjadi bencana, seorang pengantin wanita di Inggris, diperkosa oleh lelaki yang baru dinikahinya, Dalam persidangan yang digelar di Exeter, Inggris, wanita yang masih berusia 20 tahun tersebut, mengatakan kepada suaminya, ia enggan melakukan hubungan seks. Namun suaminya tidak mendengar, malah memaksanya untuk berhubungan seks. "Pada malam pernikahan kami, saya mengatakan tidak ingin berhubungan seks dengannya, karena walaupun saya sudah menikahinya saya masih punya hak untuk mengatakan tidak," ujarnya seperti dikutip dari Dailymail, Rabu (2/5/2012). "Saya ingat, setelah menolaknya saya pingsan, lalu saat saya sadar melihatnya di atas saya, tengah melakukan hubungan seks dengan saya," lanjutnya. Pria itu juga dituduh melakukan empat tindak perkosaan lainnya kepada istrinya, sebanyak empat kali, selama dua tahun umur pernikahannya. Menurut Jaksa Penuntut Umum, Richard Crabb, sikap pria itu berubah setelah menikah, dimana istrinya seakan merupakan sebuah benda yang dimilikinya secara mutlak. Sikap itu, membuat istrinya mengaku sangat ketakutan. Itulah yang menjadi alasan untuk mengkasuskan suaminya. "Saya sangat takut kepadanya. Saya tahu ia seorang yang sangat temperamen. Saya takut ia akan mengambil bayi saya. Mereka hidup saya," serunya. Ia mengaku mencintai suaminya, namun ia mengaku tidak bisa hidup dengannya. "Saya mencintainya tetapi dengan caranya saya tidak bisa hidup bersamanya," katanya. Penulis: Samuel Febrianto | Editor: Johnson Simanjuntak Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com

Sabtu, 02 Juni 2012

Kecerdasan Emosional Entrepreneur

Kecerdasan Emosional Entrepreneur

EQ Head Mengedepankan kecerdasan emosi kita dalam bisnis itu adalah hal yang mutlak. MENGAPA kecerdasan emosional seorang entrepreneur juga saya ungkap dalam buku ini? Itu karena, saya sendiri ikut merasakan, bahwa kesuksesan bisnis memang sangat berkait langsung dengan kecerdasan emosi entrepreneur. Maka, tak ada salahnya kalau faktor kecerdasan emosional itu perlu kita kedepankan. Bahkan, itu mutlak kita miliki. Hal itu, saya pikir juga merupakan langkah tepat di dalam setiap kita ingin meraih keberhasilan bisnis, juga dalam kehidupan sehari-hari.

Orang yang pertama mengenalkan kecerdasan emosional adalah Daniel Goleman. GolemanDalam bukunya “Emotional Intelligence” atau EQ, ia mengungkapkan, bahwa ada 5 wilayah kecerdasan emosi yaitu: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain, dan membina hubungan. Artinya, jika kita memang mampu memahami, dan melaksanakan kelima wilayah utama kecerdasan emosi tersebut, maka semua perjalanan bisnis apapun yang kita lakukan akan lebih berpeluang berjalan mulus.

Harus dipahami, bahwa ada perbedaan antara kecerdasan emosional dengan kecerdasan intelektual (IQ). Goleman mengungkapkan, bahwa kecerdasan intelektual itu sesungguhnya merupakan keturunan seseorang yang tidak dapat dirubah, karena pembawaan sejak lahir. Sedangkan kecerdasan emosional tidak demikian. Saya sendiri sependapat dengan Goleman, yang akhirnya menyimpulkan, bahwa kecerdasan emosional adalah merupakan jembatan antara apa yang kita ketahui, dan apa yang kita lakukan. Dengan semakin tinggi kecerdasan emosional, kita akan semakin terampil melakukan apa pun yang kita ketahui benar.


Saya yakin, entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akanl ebih berpeluang mencapai puncak keberhasilannya. Sosok semacam ini sangat kita perlukan guna membangun masyarakat entrepreneur Indonesia. Entrepreneur yang memiliki kecerdasan emosional optimal, akan tetap menganggap, bahwa krisis itu adalah sebuah peluang.

Itulah sebabnya mengapa entrepreneur itu harus tetap jeli dalam memanfaatkan emosinya. Sebaliknya, jika seseorang secara intelektual cerdas, kerap kali justru bukanlah seorang entrepreneur yang berhasil dalam bisnis dan kehidupan pribadinya. Dia harus yakin, bahwa di dalam dunia bisnis saat ini maupun di masa mendatang, kecerdasan emosional akan lebih tetap berperan.


Maka dengan memiliki kecerdasan emosional yang optimal, akan lebih bisa mentransformasikan situasi sulit. Bahkan, kita juga semakin peka akan adanya peluang entrepreneur dalam situasi apapun. Kalau kita memiliki kecerdasan emosional yang optimal, saya yakin akan mampu mengatasi berbagai konflik.

Orang yang benar-benar mengoptimalkan EQ, akan lebih jeli dalam melihat sebuah peluang. Ia akan lebih cekatan dalam bertindak dan lebih punya inisiatif. Atau, ia pun akan lebih siap dalam melakukan negosiasi bisnis. Lebih mampu melakukan langkah strategi bisnisnya, memiliki kepekaan, daya cipta, dan komitmen yang tinggi. Bahkan, ada pakar yang mengungkapkan, bahwa keberhasilan seseorang dalam bidang bisnis, 80% ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.


Banyak orang yang sukses menjadi entrepreneur meski nilai akademisnya sedang-sedang saja. Hal ini disebabkan, mereka yang lulus dengan nilai sedang itu sebagian besar memiliki kecerdasan emosional optimal. Lantaran kecerdasan emosional optimal yang inilah yang justru mendorongnya untuk menjadi entrepreneur yang kreatif. Contohnya adalah Bill Gates, seorang super milyader di Amerika Serikat. Dia adalah pemilik perusahaan perangkat lunak Mirosoft. Saat ini Bill Gates kuliah di Harvard Bussines School, ia merasa tidak mendapat pengetahuan apa-apa. Akhirnya ia putuskan berhenti kuliah. Namun meskipun drop-out dari Harvard, Bill dikenal sebagai penyumbang dana terbesar bagi univeritasnya.

Hal yang sama juga terjadi pada Steven K. Scout. saat ini dia dikenal sebagai milyarder di Amerika Serikat. Ketika masih di sekolah, Steven tidak pintar. Dia tidak populer di sekolahnya. Namun, sekarang Steven berhasil menjadi pengusaha yang bergerak di bidang bisnis pemasaran nomor satu di Amerika Serikat.

Saya yakin, entrepreneur itu memang perlu kecerdasan emosional yang optimal. Nilai akademis saat studi tidak harus tinggi. Sulit bagi seseorang untuk menjadi entrepreneur, meski memiliki kecerdasan intelektual tinggi, tetapi kecerdasan emosionalnya rendah. Lantas, apakah Anda ingin memiliki kecerdasan emosional yang optimal? Itu bisa dipelajari, dilatih, dan bisa dikembangkan. Karena semuanya itu proses yang membutuhkan waktu, ketekunan, dan semangat tinggi. Berani mencoba.
Last Updated on Tuesday, 31 March 2009 08:20
http://entrepreneuruniversity.co.id/artikel/38-artikel-purdie/51-kecerdasan-emosiaonal-entrepreneur

Hanya orang yang berani gagal total, akan meraih keberhasilan total

Berani Gagal

"Hanya orang yang berani gagal total, akan meraih keberhasilan total." John F Kennedy


PERNYATAAN John. F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan sekedar retorika, tetapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total itulah awal karier bisnis saya.

Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses dari pada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.

Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan berharap orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.

Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan moral dari teman yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.

Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur yang gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang. Sebaliknya, menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti itu, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua.

Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu. Saya sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.

Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.

Bagi seorang entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan suasana seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya (kejadian dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga sepakat dengan pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi karier siapapun.

Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama, dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.

Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu “melankolis” dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha.

Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.

http://entrepreneuruniversity.co.id/artikel/38-artikel-purdie/56-beranigagal

Last Updated on Saturday, 25 April 2009 04:39

Banyak Sumber Penghasilan

"Sebagai entrepreneur, kita sebaiknya tidak hanya memiliki satu sumber
penghasilan." Purdi E. Chandra


Bisnis, biasanya dimulai dengan coba-coba, kadang malah asal-asalan. Dimulai dengan modal seadanya, tempat seadanya, dengan orang yang sama-sama belajar dari nol. Saya kira, dari memulai yang serba kekurangan inilah yang akan membuat kita semakin cerdas dalam berbisnis. Proses bisnis ini akan memberikan pengalaman bisnis yang semakin hari mencerdaskan kita.


Belajar dari pengalaman bisnis setiap hari dan kebutuhan akan kemajuan bisnis kita, mulailah kita memberikan sentuhan manajemen, walaupun itu masih sangat sederhana. Sudah ada bagi-bagi pekerjaan atau bagi-bagi fungsi. Ada yang pegang keuangan, ada yang sudah mulai jadi bagian pemasaran. Ada yang bagian produksi, ada
juga yang ngurusi karyawan. Malah terkadang ada beberapa pekerjaan masih dirangkap satu orang. Ini adalah proses menuju bisnis yang sesungguhnya. Artinya, bisnis yang memiliki sistem yang baik. Dengan sudah adanya sistem, kita sebagai pengusaha memiliki banyak waktu luang. Karena, sistem sudah berjalan dengan baik. Ketika sebelum ada sistem, pengusaha cenderung mengelola perusahaan dengan full time. Kini, setelah ada sistem, cukup dengan part time.


Karena itu, menurut saya, jika perusahaan kita sudah memiliki sistem yang baik, dan bisnis kita relatif berkembang, maka kesempatan kita untuk mengembangkan bisnis sangat terbuka luas, termasuk membuka bisnis baru. Berdasarkan pengalaman saya, lebih mudah membangun bisnis yang ke-2, ke-3, dan seterusnya, dari pada ketika memulai bisnis yang pertama. Karena, di saat memulai bisnis yang pertama kita belum punya apaapa. Sementara, membangun bisnis yang ke-2, ke-3, dan seterusnya lebih mudah karena bisnis kita yang pertama sudah memiliki sistem yang baik. Saya kira, perlu dipertimbangkan matang-matang jika kita ingin mencoba membangun bisnis yang ke-2, seharusnya bisnis kita yang pertama sudah mempunyai sistem yang baik.


Dengan aktivitas kita yang sebelumnya full time, dan sebagian entrepreneur menjadi part time, dimungkinkan kita memiliki banyak waktu luang. Banyaknya waktu luang itu, membuat kita sebagai entrepreneur akan lebih fokus dalam menciptakan bisnisbisnis baru. Menciptakan bisnis baru itu berarti kita telah menciptakan sumber penghasilan baru. Jika perusahaan kita memiliki sistem yang baik, maka manajer dan karyawan akan bekerja sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sehingga, banyak pekerjaan yang sudah terbagi habis oleh para profesional di lingkungan bisnis kita. Dalam konteks inilah entrepreneur tidak harus fokus. Justru yang harus fokus adalah orang-orang yang mengelola bisnis kita. Hanya mungkin, kita harus ikut fokus di awal berdirinya bisnis tersebut. Setelah bisnis kita kelihatan jalan, yah cari fokus yang lain.


Sebagai entrepreneur, sebaiknya kita tidak hanya memiliki satu sumber penghasilan saja. Tetapi bagaimana, kita dapat menciptakan banyak sumber penghasilan. Ibarat kita punya telur sepuluh menetas sembilan, itu lebih baik dari pada mempunyai satu telur menetas semua. Dengan kita membuat bisnis yang ke-2, ke-3, dan seterusnya, kita berharap akan mendapatkan penghasilan yang ke-2, ke-3, dan seterusnya. Sehingga, dengan kita memiliki banyak sumber penghasilan, maka kita sebagai pengusaha mempunyai peluang untuk memiliki kebebasan finansial.


Semangat kita menciptakan bisnis ke-2, ke-3, dan seterusnya akan punya dampak sosial, yaitu menciptakan lapangan kerja, mambagi-bagi keuntungan, dan lain-lain. Artinya, kita sebagai entrepreneur memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Silahkan mencoba!***

Berani Dulu, Baru Trampil

Berani Dulu, Baru Trampil

"Saya bisanya hanya nggodhog wedang atau merebus air, tapi akhirnya saya bisa
juga punya restoran. Itu karena, saya punya keberanian." Purdi E.Chandra

Saat saya berbicara pada kuliah kewirausahaan di Fakultas Ekonomi sebuah universitas swasta di Yogyakarta, saya sempat ditanya para mahasiswa: “Apakah seorang untuk menjadi pengusaha itu harus memiliki keterampilan dulu ?”

Saya rasa, ini pertanyaan bagus. Pertanyaan yang sama pernah juga hinggap di benak saya, yaitu saat saya baru memulai menjadi pengusaha. Saat pertanyaan ini saya balikkan pada mereka, teryata sebagian besar mahasiswa mengatakan: “Perlu terampil dulu, baru berani memulai usaha.”

Saya rasa jawaban mereka tidak bisa disalahkan. Mereka cenderung menggunakan otak rasional. Padahal menurut saya, untuk menjadi pengusaha, kita harus berani dulu memulai usaha, baru setelah itu memiliki keterampilan. Bukan sebaliknya, terampil dulu, baru berani memulai usaha.

Sebab, saya melihat di Indonesia, ini sebenarya banyak sekali pengangguran yang tidak sedikit memiliki keterampilan tertentu. Namun, mereka tidak punya keberanian memulai usaha. Akibatnya, keterampilan yang dimiliki apakah itu yang diperolehnya saat sekolah atau bekerja sebelumnya, akhirnya banyak yang tidak dimanfaatkan. Itu ‘kan sayang sekali.
Seperti yang saya alami sendiri, saat membuka usaha Restoran Padang Sari Raja. Saya katakan pada mereka, bahwa terus terang saya tidak bisa membuat masakan padang yang enak. saya penikmat masakan padang. Tapi saya tidak tahu bumbunya apa saja yang membuat masakan tersebut enak. Saya katakan pada mereka: “Saya bisanya hanya nggodhog wedang atau merebus air”. Itu artinya apa? Saya bisa punya usaha restoran,
karena saya punya keberanian.

Begitu juga, saat saya dulu membuka usaha Bimbingan Belajar Primagama. Saya belum pernah mengajar atau menjadi tentor di tempat lain. Bahkan saya belum pernah menjadi karyawan di perusahaan orang lain. Namun, saya memberanikan diri untuk membuka usaha tersebut. Sebab, saya berpendapat, kalau kita tidak punya keterampilan, maka banyak orang lain yang terampil di bidangnya bisa menjadi mitra usaha kita.

Karena itu bagi saya, yang terpenting adalah keberanian dulu membuka usaha. Apapun jenisnya, apapun namanya. Sebab, sesungguhnya, untuk menjadi pengusaha, keterampilan bukan segala-galanya. Tetapi keberanian memulai usaha itulah yang harus kita miliki terlebih dahulu.

Banyak contoh, orang yang sukses menjadi manajer, tapi ternyata belum tentu sukses sebagai entrepreneur. sebaliknya, seseorang yang di awal memulai usaha dengan tidak memiliki keterampilan manajerial, tetapi ia memiliki keberanian memulai usaha, banyak yang ternyata berhasil. Orang jenis terakhir ini selain memiliki keberanian, juga mau mengembangkan jiwa entrepreneur. Oleh karena itulah saya kira, jiwa entrepreneur, harus kita bangun atau kita bentuk sejak awal.
http://entrepreneuruniversity.co.id/artikel/38-artikel-purdie/70-berani-dulu-baru-trampil

Mulailah berwirausaha justru di saat kita tidak punya apa-apa

Gagal Kuliah, Jadilah Entrepreneur
Wednesday, 16 March 2011 00:00
"Mulailah berwirausaha justru di saat kita tidak punya apa-apa" Purdi E. Chandra

Waktu kuliah dulu saya punya teman yang pandai dan memiliki wawasan dunia bisnis yang lumayan. Ide-ide rencana usaha yang muncul dari pemikirannya sangat cemerlang. Selalu saja, ide-ide itu adalah ide bisnis yang menarik, prospektif, dan berpeluang besar untuk digarap. Semua teman kuliah berdecak kagum dengan lontaran ide-idenya.

Tetapi ide-ide itu tinggal ide saja. Sampai hari ini belum ada satu pun bisnis yang pernah dijalankannya. Malahan, terakhir saya ketemu dia, berstatus karyawan sebuah perusahaan publik di Jakarta. Dia memang terlalu pandai untuk merencanakan sebuah usaha sekaligus terlalu takut untuk memulai.

Ada juga mahasiswa yang pernah datang pada saya. Dia menyatakan ingin berwirausaha, kemudian dia mengatakan, bahwa dirinya belum punya modal dan tidak begitu pandai. Saya katakan pada dia: “Kebetulan!” Kemudian saya katakan lagi: “Jangan takut, karena modal utama untuk memulai bisnis adalah keberanian.”

Mengapa saya katakan seperti itu? Sebab, biasanya kalau terlalu pinter itu malah terlalu berhitung. Orang yang tahu banyak hal, maka dia akan tahu banyak risiko dan halangan di depannya. Hal itu menurut saya justru akan menciutkan nyalinya.

Saya malah pernah bilang pada seorang sarjana yang ingin berwirausaha. Saya katakan: “Sekarang, abaikan ijazahmu. Buatlah dirimu seolah-olah tidak punya apa-apa, kecuali semangat dan keinginan yang kuat.”

Saya teruskan: “Mulailah berwirausaha justru pada saat Anda tidak punya apa-apa. Saat Anda merasa tertekan. Saat Anda tidak dapat berbuat apa-apa dengan ijazah Anda. Saat Anda kebingungan karena harus bayar kredit rumah. Atau pada saat Anda merasa terhina.”

Memang nasehat saya ini agak berbeda dengan kebanyakan orang. Biasanya orang menyarankan, kalau mau usaha sebaiknya mengumpulkan modal dulu, kemudian cari tempat dan seterusnya. Tetapi, banyak orang sukses sebagai wirausahawan justru dimulai dari sebaliknya, hanya punya semangat dan tidak punya apa-apa. Kondisi yang ada memaksa mereka harus “bermimpi” tentang masa depannya, kemudian tertantang untuk menggapainya, dan berusaha keras untuk mewujudkannya.

Anda tentu tahu atau paling tidak pernah mendengar nama Steve Jobs. sebelumnya dia bukan siapa-siapa. Jobs hanyalah anak muda yang gemar bercelana jeans belel dan berkantong kempes. Belakangan, dia membuat Apple Computer di garasi rumahnya, dan mendirikan perusahaan yang masuk Fortune 500 lebih cepat dari siapapun sepanjang sejarah.

Jobs adalah contoh orang yang berhasil dalam berwirausaha, justru bukan karena kepandaiannya di bangku kuliah. Tapi, karena ia memiliki keberanian dan keyakinan akan usaha yang digelutinya. Dia mampu bertindak merealisasi gagasannya dengan meninggalkan lingkungan kuliah dan teman-temannya yang suka berhura-hura.

Tapi, saya tidak menyarankan Anda untuk mengabaikan pendidikan. Hanya saja, saya ingin mengatakan, bahwa untuk menjadi wirausahawan terlebih dahulu dibutuhkan keberanian memulai (bertindak), untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada. Hal tersebut harus segera dilakukan, sebelum orang lain mendahuluinya. Kepandaian akademis akan diperlukan bila usaha kita sudah berjalan, dan itu bisa kita dapatkan dengan mengikuti kuliah lagi, atau kita bisa membayar orang-orang pandai sebagai karyawan atau konsultan.
Last Updated on Thursday, 14 July 2011 04:34
disalin dari http://entrepreneuruniversity.co.id/artikel/38-artikel-purdie/72-gagal-kuliah-jadilah-entrepreneur

Kisah Sukses Mr. JOGER

Friday, 27 March 2009 08:56

Mr Joger Mr.JOGER. Orang kreatif adalah orang yang bisa memunculkan ide dan diterima orang lain dengan senang hati. Salah satunya adalah Joseph Theodorus Wulianadi alias Mr Joger, BAA, BSS (Bukan Apa-Apa dan Bukan Siapa-Siapa). Pemilik pabrik katakata Joger ini bahkan disebut sebagai orang kreatif yang mampu memunculkan ide gila, aneh, menipu semua orang tapi bagaimana yang ditipu tidak merasa ditipu, dan malah merasa senang.

Berawal dari itikad baik untuk menjadi manusia yang baik, minimal tidak menjadi parasit di negeri tercinta atau tidak menjadi pengangguran atau menjadi beban bagi orang lain adalah motivasi awal bagi Mr Joger untuk merintis usaha. ”Saya ini kan bukan ahli bahasa. Saya juga bukan orang pintar. Tapi tampaknya saya punya keyakinan yang cukup untuk mendukung keberanian saya mengemukakan niat-niat baik melalui karya-karya saya yang jelek-jelek. Tapi bukan salah saya kalau ternyata banyak masyarakat dalam maupun luar negeri yang jatuh hati dan secara rutin mau membeli produk-produk Joger yang jelek-jelek tapi
unik ini,” tegas Mr Joger. Bisnis bagi saya adalah bagaimana caranya “menipu” konsumen secara baik-baik, sehingga mereka merasa senang dan merasa tidak ditipu, dan datang lagi minta ditipu secara berkesinambungan.


Marketing yang andal adalah orang yang sudah bisa mempengaruhi jiwa konsumen. Bukan lagi hanya kantongnya, sehingga orang tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Kunci keberhasilan adalah kejujuran yang mengandung itikad baik. Dalam berusaha saya tidak selalu memikirkan untung. Keuntungan hanya membuat kita kaya secara meteri, namun tidak secara batin. Untuk apa kaya kalau tidak bahagia? Bukan berarti saya menganjurkan miskin. Akan lebih rugi bila sudah miskin tidak bahagia. Jadi tujuan hidup bukan miskin atau kaya, tapi bahagia.Yang disebut bahagia adalah orang yang bisa berkarya untuk diri sendiri dan bermanfaat untuk masyarakat. Kalau mau kaya, usahakan jangan sampai orang lain menjadi miskin karenanya. Saya mempunyai filosofi, “lebih baik sedikit tetapi cukup daripada banyak tetapi kurang.” Miskin di sini saya artikan adalah cukup. Kalau sudah merasa sudah cukup, untuk apa memikirkan banyak?

Dalam hidup saya memakai sistem kompromi. Separuh untuk nafkah separuh lagi untuk kehidupan. Karena mencari nafkah itu belum tentu hidup. Apabila sudah bisa menikmati hidup, barulah namanya
hidup. Hidup itu sebenarnya mudah karena Tuhan Maha Baik, Dia akan memberikan segala yang diminta hambanya. Manusia itu sering berbicara bahwa Tuhan Maha Tahu, tapi mereka sok. Tuhan Maha Kuasa tapi
kita sok kuasa akhirnya kita tidak mau rendah hati. Sebetulnya, kalau rendah hati, hidup ini jadi indah.

Selain mengelola Joger, saya juga sering menjadi pembicara di seminar-seminar.Saya sering mengungkapkan , kembangkanlah diri kalau mau percaya diri. Tapi sebelum mengembangkan diri, harustahu diri. Jadi intinya adalah tahu diri, setelah itu percaya diri. Bagaimana bisa berusaha, bila tidak percaya diri dan tidak bisa mengembangkan diri?
Last Updated on Friday, 16 October 2009 02:47
disalin dari http://entrepreneuruniversity.co.id/kisah-sukses

Kisah Sukses Purdi E. Chandra

Kisah Sukses Purdi E. Chandra
Thursday, 15 October 2009 07:55
[Purdi E. Chandra] Purdi E. Chandra. Pada akhir tahun 1981, saya merasa tidak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Kemudian pada tahun 1982 saya mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota di penjuru tanah air, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.

Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh cita–cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis.

Sejak saat itu Purdi mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM. Ini merupakan peluang bisnis yang cukup potensial, bagaimana jika mereka dibantu untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu. Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama, Primagama.

“Saya mulai usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena nggak selesai kuliah itu yang memotivasi saya menjadi pengusaha,” kisah Purdi. Lalu, dengan modal hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu pun tetangga. Biaya les cuma 50 ribu untuk dua bulan. Kalau tidak ada les maka uangnya bisa dikembalikan.

Segala upaya dilakukan Purdi untuk membangun usahanya. Dua tahun setelah itu nama Primagama mulai dikenal. Muridnya bertambah banyak dan semakin banyak saja. Setelah sukses, banyak yang meniru nama Primagama. Purdi pun berinovasi untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya ini. “Sebenarnya yang bikin Primagama maju itu setelah ada program jaminan diri,” ungkapnya soal rahasia sukses mengembangkan Bimbel Primagama. Dan berkat kerja keras selama ini Primagama masih menjadi market leader di bisnis bimbingan belajar dengan lebih dari 700 outlet di seluruh Indonesia.
Last Updated on Friday, 15 July 2011 08:38

disalin dari http://entrepreneuruniversity.co.id/kisah-sukses

Kisah Pengusaha Sukses

Kisah Pengusaha Sukses
Ical Bakrie: Saya Pernah Lebih Miskin dari Pengemis!
Tuesday, 26 July 2011 08:41

IcalSelama ini banyak orang bertanya kepada saya bagaimana rahasianya menjadi pengusaha yang sukses. Mereka berharap saya bersedia membagi pengalaman dan kiat-kiat berusaha supaya sukses.

Bagi saya, membagi pengalaman kepada orang lain menyenangkan, apalagi bila pengalaman saya tersebut bermanfaat.

Senin 5 April lalu, saya diundang oleh Universitas Islam As Syafiiyah, Jakarta, untuk membagi pengalaman. Dalam acara bertajuk “Studium Generale Kewirausahaan” itu saya diminta memberikan ceramah mengenai kewirausahaan dan kiat sukses berbisnis.

Kepada para mahasiswa saya katakan untuk sukses berbisnis kita tidak bisa hanya belajar di bangku kuliah saja. Bangku kuliah hanya mengajarkan dasar dan teori. Sisanya kita belajar kepada mereka yang telah berhasil. Orang itu tidak harus S3 untuk menjadi pengusaha. Bisa jadi hanya S1 seperti saya, bahkan ada yang tidak memiliki ijasah.

Apa langkah pertama yang harus dilakukan untuk memulai usaha dan menggapai kesuksesan? Jawabannya adalah mimpi. Kita harus berani bermimpi menjadi orang yang sukses. Sejarah juga membuktikan banyak temuan hebat dan orang sukses dimulai dari sebuah mimpi. Kalau anda bermimpi saja tidak berani, ngapain membuka usaha.

Tentu saja tidak hanya berhenti sekedar mimpi untuk mencapai sukses. Setelah mimpi anda bangun, lalu pikirkanlah mimpi anda. Berfikirlah yang besar. Seperti kata miliarder Amerika Donald Trump; if you think, think big. Pikir yang besar, pikir jadi presiden, jangan pikir yang kecil-kecil.

Setelah itu anda buat rencana, buat rincian, dan bentuk sebuah tabel. Terakhir, yang paling penting, segera jalankan rencana tersebut. Jika anda bertanya perlukah berdoa? saya katakan berdoa itu perlu (baca : sangat penting). Tapi perencanaan juga perlu. Doa saja tanpa perencanaan saya rasa tidak akan berhasil.

Dulu waktu masih kuliah, saya biasa membuat perencanaan dan membagi waktu. Saya bangun sholat Subuh, lalu latihan karate, setelah itu tidur lagi sampai pukul 10. Baru pukul 11 belajar.

Intinya dengan perencanaan, masalah akan terselesaikan dengan baik. Sekarang juga begitu, saya bagi waktu untuk partai dan lainnya. Pukul sekian seminar, pukul sekian jadi pembicara, pukul sekian… Kadang 10 masalah bisa saya selesaikan sehari.

Keluhan paling sering dilontarkan orang yang tidak berani berusaha adalah tidak mempunyai modal atau dana. Banyak juga yang berkata saya bisa sukses karena ayah saya pengusaha. Itu salah besar. Saat memulai usaha saya tidak mempunyai uang.

Saat akan membeli Kaltim Prima Coal (KPC) saya juga tidak memiliki dana. Caranya saya datangi calon kontraktor dan tawarkan kerjasama yang menguntungkan dia, tapi saratnya dia pinjami saya dana. Saya juga mendatangi bank dan berkata demikian. Lalu dari uang yang dipinjamkan itu, saya membeli KPC dan sekarang menjadi perusahaan besar.

Jangan pernah bicara tidak punya dana. Uang datang jika ada ide besar atau ada proyek yang visible. Bill Gates juga tidak mempunyai uang, tapi dia mempunyai ide bagus. Dia tidak lulus kuliah, dia bukan anak orang kaya, tapi dari garasinya dia bisa membuat Microsoft jadi perusahaan besar.

Maka pikirkan ide yang bagus, lalu anda cari partner yang punya uang. Yakinkan dia dan berkerjasamalah dengan dia. Jika dalam kerjasama partner anda meminta keuntungan lebih besar, jangan persoalkan.

Misal semua ide dari anda tapi anda hanya dapat 10%, itu tidak masalah. Sebab 10% itu masih untung dari pada anda tidak jadi bekerjasama dan hanya dapat nol %. Jangan lihat kantong orang, jangan lihat untung orang, lihat kantong kita ada penambahan atau tidak.

Setelah anda menjalani usaha, suatu saat anda pasti akan menghadapi masalah. Hadapi saja masalah itu, karena masalah adalah bagian dari hidup yang akan terus datang. Saya sendiri juga pernah menghadapi masalah saat krisis ekonomi 1997-1998. Saat itu keadaan perekonomian sulit, semua pengusaha dan perusahaan juga sulit.

Saat itu saya jatuh miskin. Bahkan saya jauh lebih miskin dari pengemis. Ini karena saya memiliki hutang yang sangat besar. Hutang saya saat itu sekitar USD 1 miliar. Di saat yang sulit ini biasanya sahabat-sahabat kita, rekan-rekan kita semua lari.

Karena itu di saat yang sulit ini, kita tidak boleh memperlihatkan kita sedang terpuruk. Jangan perlihatkan kita sedang gelap. Seperti yang diajarkan ayah saya Achmad Bakrie; jangan biarkan dirimu di tempat yang gelap, karena di tempat yang gelap bayangan pun akan meninggalkanmu.

Maka saat susah itu saya tetap tegar dan tidak menunjukkan keterpurukan. Bahkan saya terpilih jadi ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk yang kedua kalinya. Kalau saat itu saya tunjukkan keterpurukan, mana mau mereka memilih saya.

Tapi yang penting setelah kita terpuruk, kita harus bangkit kembali. Kalau saat itu saya tidak bangkit, maka tidak bisa saya seperti saat ini. Saya berprinsip hadapi saja masalah, jangan lari. Banyak usaha yang saya lakukan, misalnya melepas saham keluarga dari 55% jadi tinggal 2,5%. Saya juga mencari pinjaman sana-sini.

Akhirnya dengan usaha keras pada tahun 2001 saya bisa bangkit kembali dan hutang saya bisa dilunasi dan bisnis saya membaik kembali.

Itulah pengalaman saya selama ini. Saya berharap bisa menjadi ilmu yang berguna. Papatah mengatakan pengalaman adalah guru yang paling baik. Sebagai penutup saya ingin bercerita mengenai kisah telur Colombus. Suatu saat Colombus menantang orang-orang untuk membuat telur bisa berdiri.

Saat itu tidak ada satupun orang yang bisa membuat telur berdiri. Kemudian Colombus memberi contoh cara membuat telur berdiri dengan memecahkan bagian bawahnya. Lalu orang-orang berkata; ah, kalau begitu caranya saya juga bisa.

Nah, saya ingin menjadi Colombus. Saya tunjukkan caranya, lalu anda mengatakan; kalau begitu saya juga bisa. Kemudian anda memulai usaha dan menjadi berhasil dan sukses. Saya senang kalau anda sukses, karena semakin banyak orang sukses, semakin maju bangsa ini.
Last Updated on Thursday, 28 July 2011 02:11 di ambil dari http://entrepreneuruniversity.co.id/kisah-sukses

Jejak Hidup Orang Terkaya Sejagat

Rizki Gunawan
Jejak Hidup Orang Terkaya Sejagat
Carlos Slim Helu Aglamaz
10/03/2012 20:27
Liputan6.com,
Mexico City: Carlos Slim Helu membantah anggapan bahwa Amerika Latin miskin dan terbelakang. Pria ini berhasil mengalahkan Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia. Dalam situs forbes tercatat kekayaan US$ 69 miliar dimilikinya melalui tiga perusahaan besar, yakni Telefonos de Mexico (Telmex), Telcel, dan Amrica M�vil. Ia berhasil memecahkan rekor sebagai orang terkaya di dunia tiga kali berturut-turut sejak 2010.

Carlos pertama kali muncul di daftar orang terkaya Forbes pada 1991. Saat ditanya bagaimana rasanya jadi miliarder, diadengan rendah hati menjawab, "Ini bukan uangku. Ini hanya titipan Tuhan".

Ternyata kunci utama yang membuat ia makmur adalah banyak relasi dan keberanian. Pria kelahiran Mexico City, 28 Januari 1940 ini pandai bergaul dan senang berbicara akrab dengan para teman-temannya. Sehingga dengan perangainya itu, bisnis dan perusahaannya terus menanjak.

Ketangguhan Carlos dalam berbisnis banyak dipengaruhi sang ayah, Yusef Salim Haddad. Ayahnya adalah orang asli Lebanon, Timur Tengah, yang melarikan diri ke Meksiko pada tahun 1902.

Di Meksiko, si ayah pesohor ini membangun toko barang kebutuhan--kelontong bernama nama La Estrella del Oriente (Bintang Timur). Suatu hari, ia bermimpi untuk membeli beberapa perumahan mewah di pusat kota. Dan, inilah yang menjadi motivasi besarnya untuk sukses dan mengubah kehidupan ekonomi keluarganya.

Sejak kecil, Carlos sudah diajarkan ayahnya berbisnis. Ia memulai karier bisnisnya pada usia 10 tahun dengan menjual permen dan minuman kepada keluarganya. Pada usia 12 tahun, ia sudah mempunyai saham di sebuah bank Meksiko. Kemudian, di usia 17 tahun, ia bekerja di perusahaan ayahnya dan digaji 200 peso per bulan, sebanding dengan Rp 142 ribu. Pada tahun 1952, Yusef meninggal.

Dengan menyandang gelar insinyur teknik sipil dari National Autonomous University of Mexico pada 1961, Carlos pernah mengajar Aljabar dan Linear Programming. Ia juga sempat mengajar di lembaga internasional, Economic Commission for Latin America and the Caribbean (ECLAC).

"Ia mengajarkanku keberanian dan memotivasiku untuk tetap maju meski Meksiko dilanda krisis," kata Carlos, memuji sang ayah.

Menginjak usia 30, Carlos memulai bisnis besarnya di bidang konstruksi, real estate, dan pertambangan. Dan di kemudian hari, Pada tahun 1990, dengan menggandeng Southwestern Bell Corp dan France Telecom, ia membeli Telmex dari pemerintah. Padahal, saat itu kondisi Telmex sangat morat-marit. Tanpa gentar, Carlos mengubah perusahaan yang merugi itu menjadi pencetak uang. Ia melesat jauh dengan investasinya yang agresif selama krisis.

Meski sempat dikritik karena telah menaikkan tarif telepon di negaranya, Carlos tetap bertekad untuk memperbaiki pelayanan telepon di Meksiko, berupa tawaran sambungan lokal, interlokal, selular, internet dan direktori telepon, akhirnya kerja kerasnya berbuah manis.

Perusahaan telekomunikasinya itu mampu meraih penjualan tahunan hingga US$ 16 miliar. Kini Telmex menjelma perusahaan telekomunikasi terbesar di Meksiko. Tak hanya itu, baru-baru ini Telmex American tercatat sebagai salah satu perusahaan yang disegani di New York Stock Exchange.

Kerajaan bisnis Carlos pun terus berkembang. Ia kemudian mengembangkan perusahaan jasa internet--Prodigy Inc. Hingga akhirnya, Prodigy sukses menjadi perusahaan jasa internet terbesar ketiga di Amerika Serikat. Selain itu, Carlos juga mencoba membangun perusahaan keuangan Grupo Financiero Inbursa, dan industri retail, Grupo Carso. Lagi lagi, perusahaan yang ia kendalikan itu sukses makmur di permukaan.

Tidak puas sampai di situ, di AS pada Februari 2006, Carlos melirik perusahaan CompUSA. Lewat perusahaannya, Grupo Sanborns, Carlos menawar CompUSA US$ 800 juta. Ia juga tercatat sebagai anggota komisaris Philip Morris dan SBC. Jabatan Presiden New York Stock Exchange juga pernah diembannya. Pria 72 tahun ini juga memiliki saham di Saks department store dan the New York Times Co. Fantastis !!!

Sederet penghargaan mancanegara pun pernah diraih Carlos. Selain Merit Medal of Honor dari Kadin Meksiko, ia juga sempat dianugerahi Golden Plate Award oleh American Academy of Achievement, serta Leopold II Commander Medal dari Pemerintah Belgia.

Kini berkat kesuksesannya, citra negara Meksiko yang merupakan salah satu negara miskin di Amerika Selatan menjadi terpandang. Carlos berhasil mengangkat derajat negaranya melalui kebeanian dan usaha kerasnya.(foxnews/wikipedia/ULF)

Jumat, 01 Juni 2012

Merintis Usaha Bermodal Brosur

Merintis Usaha Bermodal Brosur

Sekarang, keadaan sudah serba enak. Daru Widodo memiliki ruko tempat usaha, punya rumah, dan punya kendaraan. Ini berbanding terbalik dengan saat Daru merintis usahanya sembilan tahun lalu.”Dulu saya sengsara mbak,”ujar Daru Widodo saat ditemui di tokonya di Ruko Taman Lakota, Blok E nomor 5, Batam Centre. Dulu, untuk memulai usaha ia nekad walau hanya bermodal menyebarkan brosur saja.
Tahun 2000, Daru datang mencari pekerjaan ke Batam usai tamat kuliah di ITN Malang. Dengan berbekal uang Rp150 ribu, Ia nekad ke Batam sendirian dengan kapal laut. Sialnya dalam perjalanan di kapal itu, justru dompetnya dicopet. Jadilah bekal uang, SIM, dan KTP hilang semua.
Begitu tiba di Batam, Daru benar-benar dibuat pusing. Tidak ada uang, tak ada identitas. Belum lagi desakan kebutuhan perut gara-gara seharian tak makan. ”Saat itu yang terpikir oleh saya. Pokoknya saya asal dikasih makan, saya mau kerja apa saja,” ujar Daru Widodo.
Beruntung sebuah rumah makan yang menjadi bagian dari Penginapan Kusuma Jawa di daerah Pelita mau menerimanya bekerja. Di rumah makan itu, Daru mau mencuci piring, asalkan dikasih makan. Ia menjadi tukang cuci piring di rumah makan itu sampai 6 bulan. “Saya mau jadi tukang cuci piring karena sudah tidak ada pilihan,” kata Pria asal Temanggung Jawa Timur.
Sembari bekerja sebagai tukang cuci piring, Daru mencoba mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan. Tak lama setelah itu, keberuntungan mulai menyapanya. Daru akhirnya diterima bekerja di perusahaan yang memproduksi fiber di Kawasan Industri Kara Batam Centre. Di perusahaan itu, Daru menjabat supervisor dengan upah yang berlipat-lipat daripada bekerja menjadi tukang cuci piring. ”Saya merasa waktu itu, wah, kayaknya sudah ada perubahan,”ujar Daru senang.
Untuk tempat tinggal, Daru memutuskan kos di perumahan Citra Batam. Begitu bekerja, muncul keinginan Daru untuk memiliki sepeda motor. Daru mencari ide untuk mendapatkan uang muka membeli sepeda motor. Saking ingin sekali punya motor, ia memutuskan pulang pergi dari Citra Batam ke Kara Industri berjalan kaki. Akhirnya usai tiga bulan berjalan kaki, Daru berhasil mengumpulkan uang Rp3 juta untuk uang muka beli motor yang diimpikannya.
Meski sudah punya penghasil tetap Daru Widodo yang terbiasa ulet, kerja keras mencari uang tambahan. Motor yang dibelinya, Ia gunakan untuk berjualan kacang telur. ”Saya suruh orang saja buat kacang telur. Terus saya jual dengan dititip ke kaki lima. Dulu pedagang kaki lima banyak. Ada sekitar 150 kaki lima yang saya titip kacang telur,” katanya.
Setiap hari seusai pulang kerja, Darupun berkeliling menitipkan kacang telur dan mengambil keuntungan dari hasil penjualan kacang telur di setiap pedagang kaki lima. Biarpun usahanya kecil-kecilan, ternyata hasil penjualan kacang telur di kaki lima lumayan menguntungkan. Setiap hari saja, dari satu warung untungnya Rp2.000. Artinya kalau ada 20 warung berarti untungnya Rp40.000. Bisa dihitung keuntungan cukup besar, soalnya Ia menitipkan kacang telurnya di 150 kaki lima yang ada di Batam Centre, Nagoya Jodoh, Sekupang dan daerah Batam lainnya.
Usaha jualan kacang telur lenyap, seiring dengan makin berkurannya kaki lima karena pedagang-pedagang kaki lima ditertibkan oleh pemerintah. Saat itulah usaha kacang telur tutup. ”Ya hilang kacang telurnya. Tapi saya sudah untung,” ujarnya.
Akhirnya Punya Bengkel Teralis Sendiri
KEADAAN Daru berubah menjadi lebih baik setelah menikahi gadis bernama Laily Masruhah. Mereka berdua akhirnya membeli rumah di KDA, lalu membuka usaha wartel di rumahnya. Usaha inipun lumayan menghasilkan di masa itu.
Setelah usaha wartelnya tutup. Daru mencari bisnis lain dan ketemulah bisnis dengan prospek cerah yaitu bisnis pembuatan teralis. Perumahan padat di Batam Centre merupakan pangsa pasar besar. Iapun segera mewujudkannya. Karena Daru yang tak bisa membuat teralis secara teknis, maka ia menyuruh orang lain untuk membuat teralis.
Waktu itu Daru hanya membuat brosur sederhana dari kertas kuarto. Di brosur itu, ia menuliskan Maharani menerima pembuatan terlaris. Lalu diberi gambar teralis sederhana dari komputer. Lima ratus (500) lembar brosur disebarkan ke beberapa perumahan. ”Sebelum pergi bekerja, saya pagi-pagi keliling ke rumah-rumah. Saya selipin brosur di bawah pintu,” katanya.
Baginya, untuk menawarkan jasa teralis tak perlu memakai contoh-contoh foto teralis. Selain karena baru merintis, menawarkan brosur dengan foto aneka teralis tidak memungkinkan bagi Daru. ”Saya tak percaya kalau mau usaha itu harus pakai modal dulu. Tanpa modalpun kita sebenarnya bisa memulai usaha. Saya buka usaha teralis tak pakai modal, hanya modal brosur,” ujar Daru.
Menurutnya usaha itu harus pelan-pelan. Justru dengan pelan-pelan itu kita menjadi tahu kelemahan usaha yang sedang dijalankan. Kalau usaha dimulai dengan modal, usaha itu juga belum tentu sukses dan berjalan. Usai menyebar brosur, besok harinya, seseorang menelponnya dan itulah pesanan teralis perdananya. Daru menerapkan sistem uang muka 30 persen pada pelanggannya itu. Untuk mengerjakan teralis pesanan konsumennya, Daru mendatangi jasa pembuatan teralis lain untuk mengerjakannya yang sebelumnya telah dilobi untuk bekerjasama dengannya.
Kondisi seperti itu berjalan hanya lima bulan saja. Pasalnya pelanggannya kian banyak, tapi teralis yang diorderkan dan di-sub ke jasa pembuatan teralis lain rupanya tidak selesai dalam tempo yang dijanjikan ke pelanggan. ‘”Saya jadi banyak dikomplen. Ya sudah, akhirnya saya putuskan untuk dikerjakan sendiri. Saya ajak dua orang yang saya kenal dan bisa buat teralis. Saya bilang, ayolah ikut dengan saya untuk membuat teralis. Dan mereka mau,” cerita Daru.
Ia sendiri, sampai sekarang secara teknik tak mengerti pembuatan teralis. Untuk mengerjakan teralis-teralis itu, Daru menyewa sebuah rumah di BidaAsri I, sementara kantor usaha jasa pembuatan teralis tetap dijalankan dari rumahnya di KDA. Perlahan-lahan pelanggannyapun kian banyak seiring dengan upaya pelayanan terbaik dalam pembuatan teralis di Maharani. Salah satunya soal waktu pengerjakan teralis, Daru berupaya selalu tepat waktu sesuai dengan yang dijanjikan. Sekarang karyawannya pun tak lagi dua, tapi sudah tujuh orang karyawan. Kalau order sedang banyak, tenaga borongan makin banyak. Usahanya makin maju, niat Daru untuk keluar dari perusahaannya semakin kuat. ”Saya merasa, kerja di perusahaan itu, rasanya kok nggak maju-maju,” ujarnya.
Akhirnya ia memutuskan keluar dari perusahaan setelah bekerja hampir 4 tahunan. Tak lama setelah Daru keluar, ternyata perusahaan tempat bekerja itu bangkrut.

http://geraitunaisyariah.blogspot.com/

http://geraitunaisyariah.blogspot.com/