Minggu, 04 November 2012

program yang bisa digunakan untuk downloads video menggunakan program KEEVID.COM ATAU TUBIDY.ORG atau menggunakan ATUBE.COM TAPI DIKOMPUTER YANG AKAN DIGUNAKAN UNTUK MENDOWNLAD PROGRAM TERSEBUT HARUS SUDAH DI INSTALL JAVA CARI KE YUO TUBE

MENGATASI RASA MALAS

Di artikel ini saya ingin memberikan beberapa tips untuk mengatasi rasa malas. Tips ini bisa Anda praktekkan di tempat kerja ataupun lingkungan keluarga:

Ganti “Kapan Selesainya” dengan “Saya Mulai Sekarang”
Apabila Anda dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, Anda sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu.
Katakan setiap kali Anda bekerja: “Saya mulai sekarang”. Cara pandang ini akan menghindarkan Anda dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Anda membuat sederhana tugas didepan Anda dengan bertindak positif. Fokus Anda hanya pada satu hal pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang sama.  
Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin” Berpikir bahwa Anda harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan Anda menjadi malas mengerjakannya. Anda akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut. Satu tip yang bisa Anda gunakan adalah mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin mengerjakannya”. Cara pikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa Anda tidak harus melakukan pekerjaan yang Anda tidak mau. Anda mau mengerjakan tugas karena memang Anda ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Anda selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan Anda sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain.
Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa Anda melakukan apa saja yang Anda tidak mau lakukan.

Anda Bukan Manusia Sempurna Berpikir bahwa Anda harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa Anda dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya Anda mungkin akan malas memulainya. Anda harus bisa menerima bahwa Anda pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna. Dalam konteks pekerjaan, Anda punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Anda selalu bisa negosiasi dengan boss Anda untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Mulai pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu. Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat Anda memandang pekerjaan tersebut dari hal yang besar dan rumit. Saya harap tulisan ini berguna. Kemalasan merupakan sesuatu yang normal dalam hidup Anda. Karena dia normal maka dia pun bisa diatasi. Tiga tips diatas bisa menjadi awal untuk berpikir dan bertindak berbeda dari biasanya sehingga Anda tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang hanya karena malas mengerjakannya. Ikuti percakapan tentang tips peningkatan motivasi di Twitter: @dailydosescoach

BERITA KARAKTER

Karakter bangsa dalam antropologi (khususnya masa lampau) dipandang sebagai tata nilai budaya dan keyakinan yang mengejawantah dalam kebudayaan suatu masyarakat dan memancarkan ciri-ciri khas keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar sebagai kepribadian masyarakat tersebut.[1] WIKIPEDIA Selasa, 14/08/2012 13:34 WIB Provided by: Membangun Karakter Bangsa M Quraish Shihab - detikRamadan Browser anda tidak mendukung iFrame Jakarta - Karakter berbeda dengan temperamen. Temperamen merupakan corak reaksi seseorang terhadap berbagai rangsangan dari luar dan dari dalam. Ia berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang, sehingga sangat sulit diubah karena ia dipengaruhi oleh unsur hormon yang bersifat psikologis. Sedang karakter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang. Ia dibangun oleh pengetahuan, pengalaman, serta penilaian terhadap pengalaman itu. Kepribadian dan karakter yang baik merupakan interaksi seluruh totalitas manusia. Dalam bahasa Islam, dia dinamai 'rusyd'. Ia bukan saja nalar, tetapi gabungan dari nalar, kesadaran moral, dan kesucian jiwa. Karakter terpuji merupakan hasil internalisasi nilai-nilai agama dan moral pada diri seseorang yang ditandai oleh sikap dan perilaku positif. Karena itu, ia berkaitan sangat erat dengan kalbu. Bisa saja seseorang memiliki pengetahuan yang dalam, tetapi tidak memiliki karakter terpuji. Sebaliknya, bisa saja seseorang yang amat terbatas pengetahuannya, namun karakternya sangat terpuji. "Sesungguhnya dalam diri manusia ada suatu gumpalan, kalau ia baik, baiklah seluruh (kegiatan) jasad dan kalau buruk, buruk pula seluruh (kegiatan) jasad. Gumpalan itu adalah hati".(Hadis) Memang ilmu tidak mampu menciptakan akhlak atau iman, ia hanya mampu mengukuhkannya, dan karena itu pula mengasuh kalbu sambil mengasah nalar, memperkukuh karakter seseorang. Dalam konteks membangun moral bangsa, maka diperlukan nilai-nilai yang harus disepakati dan dihayati bersama. Disepakati karena kalau setiap orang diberi kebebasan untuk menentukan nilai itu, maka seseorang perampok misalnya, akan menilai bahwa mengambil hak orang lain adalah tujuan dan bahwa kekuatan adalah tolak ukur hubungan antar masyarakat. Ini tentu saja akan merugikan masyarakat bahwa pada akhirnya merugikan diri yang bersangkutan sendiri. Tetapi di sisi lain, jika kita tidak memberi kesempatan kepada manusia untuk memilih, maka ketika itu kita telah menjadikannya bagaikan mesin bukan lagi manusia yang memiliki kehendak, tanggung jawab, dan cita-cita. Manusia harus memiliki pilihan, tetapi pilihan tersebut bukan pilihan perorang secara individu tetapi pilihan mereka secara kolektif. Dari sini setiap masyarakat akan secara kolektif bebas memilih pandangan hidup, nilai-nilai, dan tolak ukur moralnya dan hasil pilihan itulah yang dinamai jati diri bangsa.Dengan demikian, jati diri bangsa terkait erat dengan kesadaran kolektif yang terbentuk melalui proses yang panjang. Memang rumusannya dicetuskan oleh kearifan the founding fathers bangsa, tetapi itu mereka gali dari masyarakat dan karena itu pula maka masyarakat menyepakatinya. Jati diri bangsa Indonesia yang kita sepakati adalah Pancasila. Nilai-nilai yang disepakati itu harus dihayati, karena hanya dengan penghayatan nilai dapat berfungsi dalam kehidupan ini. Hanya dengan penghayatan karakter dapat terbentuk. Sebaliknya,nilai-nilai yang dihayati seseorang atau satu bangsa dapat dikukur melalui karakternya. Perubahan yang terjadi pada karakter, bisa jadi karena perubahan nilai yang dianut atas dasar kesadaran mereka,dan bisa juga karena terperdaya atau lupa oleh satu dan lain sebab. Begitu pula, bila terdapat hal-hal dalam diri anggota masyarakat yang bertentangan dengan jati diri dan tujuan itu, maka semestinya masyarakat meluruskan hal tersebut sehingga terjadi keharmonisan antara ego setiap individu dan kepentingan masyarakat. Di sini terlihat betapa pentingnya melakukan apa yang diistilahkan dengan "Character and Nation Building". Masyarakat melakukan hal tersebut melalui pendidikan. Di sinilah terukur keberhasilan dan kegagalan pendidikan. Karena itu pula, ukuran keberhasilan lembaga pendidikan, khususnya Perguruan Tinggi, bukan saja melalui kedalaman ilmu dan ketajaman nalar para pengajarnya tetapi juga pada kecerdasan emosi dan spiritual sivitas akademikanya. Kecerdasan intelektual jika tidak dibarengi dengan kedua kecerdasan di atas, maka manusia dan kemanusiaan seluruhnya akan terjerumus dalam jurang kebinasaan. Sebaliknya, jika kecerdasan intelektual dibarengi oleh kedua kecerdasan itu, maka keduanya akan membimbing seseorang untuk menggunakan pengetahuannya menuju kebaikan, yang pada gilirannya menghasilkan aneka buah segar yang bermanfaat bagi diri masyarakat, bahkan kemanusiaan seluruhnya. Pembentukan karakter bangsa harus bermula dari individu anggota-anggota masyarakatnya, karena masyarakat adalah kumpulan individu yang hidup di satu tempat dengan nilai-nila yang merekatkan mereka. Setiap individu lahir dalam keadaan hampa budaya, lalu masyarakat yang membentuk budaya dan nilai-nilainya yang lahir dari pilihan dan kesepakatan mereka. Membentuk karakter individu bermula dari pemahaman tentang diri sebagai manusia,potensi postif dan negatifnya, serta tujuan kehadirannya di pentas bumi ini. Selanjutnya, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius, ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, maka tentu saja pemahaman tentang hal-hal tersebut harus bersumber dari ajaran agama (Tuhan Yang Maha Esa). Untuk mewujudkan karakter yang dikehendaki diperlukan lingkungan yang kondusif, pelatihan dan pembiasaan, persepsi terhadap pengalaman hidup, dan lain-lain. Di sisi lain karakter yang baik harus terus diasah dan diasuh, karena ia adalah proses pendakian tanpa akhir. Dalam bahasa agama, penganugerahan hidayah Tuhan tidak terbatas sebagaimana tidak bertepinya samudra ilmu, "Tidak menambah hidayahnya bagi orang yang telah memperolah hidayah", dan Tuhan pun memerintahkan manusia pilihannya untuk terus memohon tambahan pengetahuan. Praktik ibadah yang ditetapkan agama bukan saja cara untuk meraih karakter yang baik, tetapi juga cara untuk memelihara karakter itu dari aneka pengaruh negatif yang bersumber dari dalam diri manusia dan lingkungan luarnya, sekaligus ia adalah cara untuk mendaki menuju puncak karakter terbaik, yang dalam ajaran Islam adalah upaya untuk meneladani sifat-ifat Tuhan yang tidak terbatas itu. Karenanya ibadah harus terus berlanjut hingga akhir hayat, dan ini berarti pembentukan karakter adalah sebuah proses tanpa henti. Kalau meruju pada ajaran agama dan keberhasilan para nabi serta penganjur kebaikan, maka ditemukan sekaian banyak cara yang mereka tempuh yang akhirnya mengantar kepada keberhasilan mereka. Para nabi dan penganjur kebaikan di samping menjelaskan dan mengingatkan tentang baik dan buruk, mereka justru lebih banyak olah jiwa dan pembiasaan, dengan aneka pengamalan yang kalau perlu pada mulanya dibuat-buat, bukan oleh dorongan kemunafikan tetapi agar menjadi kebiasaan dan watak.Mereka juga mengemukakan aneka pengalaman sejarah masyarakat dan tokoh-tokoh masa lampau. Di samping itu, mereka berusaha sekuat kemampuan untuk mengurangi sedapat mungkin pengaruh negatif lingkungan, karena melalui lingkungan watak dapat berubah menjadi positif atau negatif. Hanya saja, perlu dicatat bahwa pada umumnya pengaruh negatif lingkungan lebih mudah diserap daripada pengaruh positifnya. Dan, pendekatan yang mereka lakukan guna menciptakan watak masyarakat adalah pendekatan buttom-up, yang mereka tularkan kepada keluarga, lalu sahabat dan handai tolan dalam lingkungan kecil, hingga seluruh masyarakat. Amin. ( rmd / rmd ) Penerapan Nilai-Nilai Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Melalui Ansambel Musik Selasa, 07 Agustus 2012 13:15 administrator 0 inShare • Sebelumnya • 1 of 4 • Selanjutnya Oleh: F. Dhanang Guritno Pasal 3 UU Sisdiknas tahun 2003 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab". Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.(BPP Puskur, 2010) Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Intisari dari Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dituangkan dalam 18 nilai, yakni Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/ Komuniktif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung-jawab. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran dalam proses belajar mengajar. Tidak ketinggalan pula mata pelajaran Seni Musik. Pada Sekolah Umum mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) seni musik adalah bagian dari pelajaran Seni dan Budaya. Salah satu materi pelajaran yang dapat digunakan sebagai sarana implementasinya adalah Ansambel. Ansambel musik sekolah Ansambel secara umum diartikan bermain musik bersama-sama atau kesatuan, kebersamaan; satuan musik yang bermain bersama-sama dengan tidak mempedulikan jumlah sedikit maupun banyaknya pemain. Ensemble (Prancis) juga berarti kelompok musik dalam satuan kecil. Permainan bersama dalam satuan kecil alat musik (Banoe, 2003: 133). Ansambel musik sekolah adalah ansambel yang repertoarnya disesuaikan dengan usia anak-anak sekolah. Instrumen musik yang digunakan biasanya antara lain recorder sopran, pianika, alat-alat perkusi sederhana seperti triangle, tamborin, cantagnet dan lain-lain. Apabila menggunakan instrumen musik standar hanya terbatas pada instrumen yang mudah dimainkan anak-anak pada umumnya misalnya gitar dan keyboard. Dengan demikian ansambel musik sekolah adalah kelompok musik dalam format kecil, di mana repertoar maupun instrumen musik yang digunakan disesuaikan dengan usia anak sekolah. Agar dapat bermain ansambel dengan baik diperlukan penguasaan berbagai hal teknis oleh semua pemain. Hal utama yang harus dikuasai adalah teknik bermain alat musik. Disamping itu seluruh pemain juga dituntut hal-hal teknis yang lain guna mendukung terwujudnya permainan musik yang menyatu dalam kelompok. Misalnya kekompakan, balancing, kebersamaan dan lain-lain yang mendukung. Penerapan nilai-nilai PKB Faktor-faktor pendukung tercapainya permainan yang baik dalam ansambel inilah yang dapat dijadikan sebagai contoh penerapan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Religius, jujur dan toleransi, dalam permainan ansambel sangat diperlukan. Nilai-nilai tersebut dapat diwujudkan dengan memainkan repertoar yang bertema religius, misal keagungan Tuhan, Kebesaran ciptaan Tuhan dan sebagainya. Bermain musik yang baik dituntut untuk memainkan nadanya secara tepat sesuai dengan harga dan nilai nada dari partiturnya sehingga hal ini melatih kejujuran. Toleransi dapat dibangun dalam kelompok ansambel yakni memainkan teks musik atau part masing-masing sesuai dengan arransemen yang ada dan harus dapat menghargai part yang dimainkan pemain yang lain demi terwujudnya keselarasan permainan bersama Disiplin dan kerja keras bisa dilatih melalui permainan ansambel, karena ketaatan memainkan nada sesuai part masing-masing sangat mendidik kedisiplinan. Kerjakeras dalam mempelajari part yang harus dimainkan, akan mendukung tercapainya permainan yang baik dalam ansambel. Kreatif, mandiri demokratis dan rasa ingin tahu. Kreatif, memberikan kesempatan berkreasi yang seluas-luasnya bagi siswa untuk berperan aktif dalam ansambel. Misalnya ikut membuat arransemen, menulis lagu dan sebagainya. Mandiri, dalam setiap latihan ansambel selalu didahului dengan latihan individu yakni melatih partnya sendiri sebelum digabung dengan instrumen yang lain. Hal ini akan melatih siswa untuk belajar mandiri. Demokratis, setiap individu mempunyai hak dan kewajiban yang sama yakni memainkan musik sesuai part nya dengan penuh tanggungjawab untuk mewujudkan permainan bersama yang kompak. Rasa ingin tahu, melalui kegiatan berlatih ansambel diharapkan siswa mempunyai pemikirin kritis selalu ingin tahu keindahan musik yang akan dimainkan secara bersama-sama. Semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Melalui latihan ansambel siswa diajak selalu berfikir mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi. Dapat dipilih repertoar yang berhubungan dengan kebangsaan. Demikian juga cinta tanah air dapat diarahkan dengan repertoar atau lagu-lagu pujaan tanah air yang akan membantu menumbuhkan rasa cinta tanah air. Menghargai prestasi, bersahabat dan cinta damai. Sebelum bermain dalam kelompok, dapat diadakan audisi untuk menentukan posisi setiap pemain, sehingga setiap anak dilatih berprestasi dan menghargai prestasi orang lain. Bersahabat, bermain ansambel senantiasa dituntut dapat bersahabat dan berkomunikasi yang baik sehingga dapat dihasilkan kekompakan bermain musik. Cinta damai, dalam berlatih dan memainkan musik bersama siswa diajak untuk latihan mencintai sesama dan selalu dalam suasana damai sehingga bermain musik menimbulkan suasana yang menyenangkan. Gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggungjawab. Kebiasaan yang membuat pemikiran luas dengan membaca tentang tema-tema yang dimainkan dalam ansambel akan mendukung terciptanya interpretasi dan ekspresi bermain yang baik. Misal lagu kepahlawan akan dapat diekspresikan dengan baik jika kisah-kisah kepahlawanan dipelajari terlebih dulu. Peduli pada kerusakan lingkungan dapat dibangun melalui lagu-lagu atau repertoar tentang keindahan alam dan lingkungan hidup. Melalui latihan bersama dalam kelompok ansambel dapat ditekankan perlunya saling membantu dalam kelompok. Begitu besar tanggungjawab yang harus dijalani oleh setiap pemain membuat terbiasa bertanggungjawab pula dalam kehidupan nyata. Kesimpulan Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa sangat perlu diterapkan dalam proses pembelajaran pendidikan. 18 nilai diatas mungkin masih dapat dikembangkan menjadi banyak hal lagi. Namun berbagai upaya diatas tidak akan dapat berjalan dengan baik jika guru sebagai penanggungjawab proses pembelajaran tidak berkeinginan melaksanakannya dengan baik. Disinilah guru dituntut untuk berperan aktif melakukan inovasi kegiatan pembelajaran demi terwujudnya kualitas pendidikan yang tidak hanya sekedar tranfer ilmu pengetahuan tetapi sekaligus menyisipkan (insert) nilai-nilai luhur budi pekerti. Daftar Pustaka: Banoe, Pono. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius, 2003. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Pedoman Sekolah), Jakarta, 2010 Djelantik, A.A.M. Estetika: Sebuah Pengantar, Bandung: MSPI dan Arti, 2004.ansambel-1 Menko Kesra: tawuran pelajar sudah parah Sabtu, 13 Oktober 2012 18:15 WIB | 1718 Views Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono mengatakan kondisi tawuran antarpelajar ataupun antarmahasiswa yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini sudah sangat parah dan bisa diibaratkan sebagai "lampu merah", karena telah menelan korban jiwa. "Ibaratnya sudah lampu merah sehingga harus segera dihentikan dan dicari jalan keluarnya secara bersama-sama," kata Agung Laksono di Jakarta, Sabtu, usai kembali dari Kunjungan Kerja ke Sukabumi, Jawa Bara,t dalam rangka pemberian bantuan ke pesantren-pesantren. Menurut Agung, pimpinan di universitas ataupun di sekolah harus bertanggungjawab dalam menanggulangi masalah tawuran antarmahasiswa ataupun antarpelajar. "Pimpinan universitas atau sekolah harus bertanggung jawab dalam menanggulangi masalah tersebut," kata dia. Dia juga mengharapkan, pihak kepolisian untuk bertindak tegas agar tidak terulang lagi kondisi yang sama di masa mendatang. Agung mengaku sangat prihatin dengan banyaknya tawuran yang terjadi beberapa waktu belakangan ini, menurut dia hal tersebut terjadi karena tidak ada tindakan tegas dan efek jera. Selain itu, kata Agung, hal tersebut terjadi karena menurunnya karakter bangsa di diri generasi muda sehingga di masa mendatang perlu diperkuat kembali. (W004) Editor: Ella Syafputri Jumat, 03 Agustus 2012 - 14:26 WIB Pendidikan Karakter Untuk Membangun Manusia Indonesia Yang Unggul Oleh : Thanon Aria Dewangga, Asdep Bidang Pelaksanaan dan Pelaporan Persidangan - Dibaca: 8304 kali Ada sebagian kecil kalangan berpandangan bahwa Pemerintah kurang serius dalam membenahi sektor pendidikan. Sesuatu yang debatable karena dari berbagai sudut pandang dan dimensi, pemerintah sangat berkomitmen untuk meningkatkan taraf pendidikan. Mulai dari 20% anggaran khusus untuk pendidikan, pembangunan bangunan sekolah-sekolah yang rusak, peningkatan taraf hidup dan kualitas guru dan lain-lain. Pendidikan adalah elemen penting dalam pembangunan bangsa karena melalui pendidikan, dasar pembangunan karakter manusia dimulai. Yang masih hangat dalam pikiran penulis, yang terlahir di era 70-an, di sekolah dasar kita dibekali pendidikan karakter bangsa seperti PMP dan PSPB sampai akhirnya diberikan bekal lanjutan model Penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun dan mempertahankan jati diri bangsa. Sayang, pendidikan karakter di Indonesia perlu diberi perhatian lebih khusus karena selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter yang dilakukan belum sampai pada tingkatan interalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, namun mengabaikan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika di sekolah-sekolah saat ini semakin ditinggalkan. Sebagian orang mulai tidak memperhatikan lagi bahwa pendidikan tersebut berdampak pada perilaku seseorang. Padahal pendidikan diharapkan mampu menghadirkan generasi yang berkarakter kuat, karena manusia sesungguhnya dapat dididik , dan harus sejak dini. Meski manusia memiliki karakter bawaan, tidak berarti karakter itu tak dapat diubah. Perubahan karakter mengandaikan suatu perjuangan yang berat, suatu latihan yang terus-menerus untuk menghidupi nilai-nilai yang baik dan tidak terlepas dari faktor lingkungan sekitar. Era keterbukaan informasi akibat globalisasi mempunyai faktor-faktor negatif antara lain mulai lunturnya nilai-nilai kebangsaan yang dianggap sempit seperti patriotisme dan nasionalisme yangdianggap tidak cocok dengan nilai-nilai globalisasi dan universalisasi. Kekhawatiran terhadap pembangunan karakter bangsa yang dimulai dari pendidikan usia dini menjadi perhatian khusus dari Presiden SBY. Dalam beberapa kesempatan Sidang Kabinet, Presiden dan Wakil Presiden mendiskusikan hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain masih adanya isu dan tantangan sosial yang seharusnya dapat dipecahkan atas hasil kontribusi sektor pendidikan. Sebagai contoh, meskipun bangsa ini telah memiliki falsafah Pancasila dan ajaran agama, tetapi masih banyak terjadi aksi kekerasan antar komunal atau antar umat beragama. Presiden dalam kunjungannya ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat memberikan arahan dalam Sidang Kabinet Terbatas tanggal 31 Agustus 2012 yang membahas Program Strategis Pemerintah di bidang Pendidikan berharap perlu ada kontribusi yang dapat disumbangkan oleh sektor pendidikan untuk memperkuat toleransi, baik nilai sikap mental dan perilaku bagi bangsa yang majemuk untuk lebih baik lagi. Sikap toleransi harus dibangun, diajarkan, dan diperkuat kepada anak didik hingga tingkat wajib belajar 9 atau 12 tahun, sehingga diharapkan dapat membuahkan sesuatu yang baik. Wajib belajar 9 tahun dapat dikatakan sebagai formative years, yaitu waktu untuk membentuk karakter, nilai, sikap, dan perilaku bagi perjalan kehidupan manusia. Jika pemerintah dapat mengajarkan sikap toleransi dengan metodologi yang tepat, maka hal ini akan melekat lama. Tidak hanya dalam kesempatan di Sidang Kabinet, dalam beberapa acara antara lain National Summit dan Peringatan Hari Ibu, Presiden SBY menekankan pentingnya nation character building . Kutipan pernyataan Presiden SBY adalah sebagai berikut: “Dalam era globalisasi, demokrasi, dan modernisasi dewasa ini, watak bangsa yang unggul dan mulia adalah menjadi kewajiban kita semua untuk membangun dan mengembangkannya. Character building penting, sama dengan national development yang harus terus menerus dilakukan. Marilah kita berjiwa terang, berpikir positif, dan bersikap optimistis. Dengan sikap seperti itu, seberat apapun persoalan yang dihadapi bangsa kita, insya Allah akan selalu ada jalan, dan kita akan bisa terus meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia”. Poin dari pernyataan di atas adalah pendidikan karakter mempunyai fungsi strategis bagi kemajuan bangsa, harus ada komitmen untuk menjalankan pendidikan karakter sebagai bagian dari jati diri bangsa. Komitmen yang harus kita jalankan semua, mengacu kepada 5 nilai karakter bangsa untuk menjadi manusia unggul yang disampaikan oleh Presiden SBY yaitu : 1. Manusia Indonesia yang bermoral, berakhlak dan berperilaku baik; 2. Mencapai masyarakat yang cerdas dan rasional; 3. Manusia Indonesia ke depan menjadi manusia yang inovatif dan terus mengejar kemajuan; 4. Memperkuat semangat “Harus Bisa”, yang terus mencari solusi dalam setiap kesulitan; 5. Manusia Indonesia haruslah menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa,Negara dan tanah airnya. Menko Kesra: pendidikan karakter bangsa suatu keharusan Minggu, 14 Oktober 2012 02:52 WIB | 3004 Views Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan bahwa pendidikan karakter bangsa bagi para generasi muda merupakan suatu keharusan agar terhindar dari pengaruh buruk, khususnya radikalisme. "Akhir-akhir ini banyak aksi kekerasan yang dilakukan oleh generasi muda, itu menunjukkan kemerosotan nilai-nilai karakter bangsa," kata Agung Laksono di Jakarta, Sabtu, usai kembali dari kunjungan kerja ke Sukabumi, Jawa Barat,. Agung mengatakan hal tersebut terkait banyaknya aksi tawuran antarpelajar maupun mahasiswa yang terjadi beberapa waktu belakangan, bahkan hingga menelan korban jiwa. Agung mengaku prihatin, karena radikalisme terjadi di kalangan generasi muda yang merupakan harapan bangsa. Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar mengimbau agar pendidikan karakter bangsa kepada generasi muda jangan hanya sekedar teori. "Kurikulum pendidikan yang berbicara tentang karakter jangan cuma besifat teori, melainkan harus berupa praktik-praktik nyata," katanya. Dia menjelaskan, praktik secara nyata perlu dilakukan antarsesama pelajar. Selain itu, kata Linda, para pelajar juga perlu diarahkan secara intensif di bidang olahraga. "Olahraga baik untuk generasi muda, agar para pelajar kita energinya dapat tersalurkan secara positif dan terhindar dari tawuran," katany Membongkar Karakter Bangsa dengan Pendidikan OPINI | 14 September 2012 | 02:05 Dibaca: 990 Komentar: 8 2 bermanfaat http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/14/membongkar-karakter-bangsa-dengan-pendidikan/ Di zaman globalisasi ini, Indonesia seperti gudang tua lengang yang menyimpan segudang harta melimpah. Sudah 67 tahun bangsa kita merdeka, namun tidak ada perubahan yang lebih baik. sebaliknya, semakin tua Negara kita justru semakin terpuruk. Kesejahteraan yang termaklumatkan dalam Pancasila sebagai ideologi bangsa masih jauh panggang dari bara. Yang ada adalah kondisi riil masyarakat yang semakin terpuruk oleh derasnya arus globalisasi. Kapitalisme melahirkan kaum feodal dan westernisasi. Adanya slogan kaum bourjuis dan proletar yang melahirkan jarak pada tatanan masyarakat. Dan jika dibiarkan secara kontiniu, maka akan berdampak pada degradasi kebudayaan bangsa, yaitu: menurunnya rasa saling menghargai perbedaan, rapuhnya kesatuan dan persatuan, dan pudarnya rasa cinta tanah air. Dampak negatif terhadap kebudayaan ini akan mempengaruhi karakter bangsa. Setidaknya fenomena ini ditunjukkan dari beberapa gejala yang ada di masayrakat. Semakin tingginya individualisme dan apatisme merupakan salah satu indikator bahwa karakter bangsa sudah mulai bergeser. Kepedulian antar sesama semakin rendah. Dan pada puncaknya kesatuan bangsa pun semakin distorsif. Sampai pada saatnya, kemerdekaan bangsa Indonesia pun mulai dipertanyakan. Karena sejatinya bangsa yang merdeka adalah bangsa yang berdiri di kaki sendiri. Namun saat ini bangsa kita sedang pincang. Rasa persatuan dan kesatuan yang semakin menurun merupakan salah satu penyebabnya. Pada dasarnya globalisasi tidak bisa dihindari. Seiring perkembangan zaman, seleksi alam semakin tinggi. Persaingan pada tataran global telah mencapai grafik yang semakin meningkat signifikan. Dan jika Indonesia tidak siap, maka kita akan menjadi Negara pecundang. Kesalahan mendasar dari ketidakmampuan ktia bersaing terletak pada karakter bangsa yang masih ‘primitif’. Kemampuan untuk mengembangkan potensi masih rendah. Potensi Negara yang tinggi tidak bisa diimbangi dengan karakter bangsa yang baik. sehingga Negara kita tidak lebih baik dari istana tua yang telah berlumut. Karakter negatif yang timbul di masyarakat dewasa ini adalah: Moralitas yang rendah jika menonton televisi atau membaca berita harian, kita akan selalu dijajalin dengan peristiwa-peristiwa yang bersifat in-moral, mulai dari tindak kriminal, pelanggaran kasus Ham, tindak pidana korupsi, dan sebagainya yang pada dasarnya telah berlangsung cukup lama dan menjadi permasalahan klise. Dan sampai hari ini permasalahan tersebut semakin menggurita. Faktor yang menyebabakan terjadinya penurunan moralitas sebagai karakter bangsa disebabakan antara lain, kesejahteraan masyarakat yang tidak kunjung membaik dan adanya pola pikir yang masih konvensional. Jiwa kepemimpinan nasionalis minim Pasca orde lama, Negara kita telah kehilangan sosok pemimpin nasionalis. Pemimpin nasionalis seyogianya mementing kebutuhan Negara ketimbang kebutuhan pribadi. Dan karakter ini semakin lama mulai menghilang. Ditambah lagi dalam proses regenerasi, tidak dilakukan secara optimal, sehingga bangsa kita tidak memiliki karakter jiwa kepemimpinan nasionalis. Dan ini merupakan salah satu penyebab Negara ini semakin terpuruk. Tidak adanya pengembangan Historikal Negara yang adaptif Apresiasi terhadap sejarah bangsa tidak dibarengi dengan pengembangan potensi Negara. Penghargaan terhadap sejarah hanya sampai tataran simbolis dan formalitas. Seperti contoh, masyarakat diwajibkan mengikuti upacara bendera ketika HUT RI, atau memasang bingkai Pancasila di gedung-gedung pemerintahan. Padahal, hal seperti ini kurang substansial. Apresiasi terhdap sejarah perlu dilakukan dengan pengembagan potensi, seperti meningkatkan eksistensi kebudayaan dimata global tanpa menghilangkan nilai kebudayaan bangsa, menolak segala bentuk westernisasi yang merusak kebudayaan bangsa, mewujudkan dan meneruskan cita-cita para pahlawan yang dimanfestasikan dalam bentuk ideologi dan lainnya. Pendidikan sebagai resolusi Dengan kebijakan perekonomian ditambah sistem demokrasi yang ‘kebablasan’ mau tidak mau bangsa kita telah masuk ke dalam permainan lingkar global. Situasi seperti ini mau tidak mau mempengaruhi karakter bangsa kita. Jika kita tidal filterik, maka gejalan globalisasi bisa menimbulkan penjajahan karakter bangsa. Oleh karena itu bangsa kita perlu mempesiapkan diri dengan karakter bangsa yang relevan. Untuk menciptakan karakter bangsa yang relevan, pendidikan sebagai wadah reproduksi kompetensi bangsa adalah salah satu resolusi yang dianggap paling strategis. Pengoptimalan pendidikan berdasarkan garis perjuangan dan ideologi bangsa akan menghasilkan masyarakat yang berkarakter pemenang. Pendidikan dalam hal ini bukanlah pendidikan dalam arti sempit (pendidikan formal). Pendidikan yang dimaksud disini adalah suatu proses berubah lebih baik untuk menciptakan kedewasaan. Sehingga dengan pendidikan akan menciptakan karakter bangsa yang lebih baik dan lebih dewasa. (Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional 2011, Jumat 20Mei 2011) Pendidikan bukan hanya membangun kecerdasan dan transfer of knowledge, tetapi juga harus mampu membangun karakter atau character building dan perilaku. Dengan hakekat pendidikan dan dibangun metodologi yang tepat, maka diharapkan dapat dibangun intellectual curiosity dan membangun common sense. Tidak bisa ditunda lagi, generasi penerus bangsa harus serius untuk dibekali pendidikan karakter agar dapat memenuhi 5 nilai manusia unggul di atas.