Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang bisa saja marah. Marah
adalah sesuatu yang manusiawi. Nah, apa yang harus dilakukan seorang Muslim
ketika marah? Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'atul
Aadaab alIslamiyah, mengungkapkan hendak nya seorang Muslim memperhatikan
adab-abad yang berkaitan dengan marah. Berikut adab-adab yang perlu
diperhatikan terkait marah.
1.
Jangan marah, kecuali karena Allah SWT.
Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan
contoh marah karena Allah, atau marah ketika menyaksikan perbuatan haram
merajalela
2.
Jangan marah karena urusan dunia
"Seorang Muslim hendaknya menjauhi kemarahan karena urusan
dunia yang tak mendatangkan pahala," tutur Syekh Sayyid Nada.
3.
Mengingat keagungan dan kekuasaan Allah SWT.
"Ingatlah kekuasaan, perlindungan, keagungan, dan
keperkasaan Sang Khalik ketika sedang marah," ungkap Syekh Sayyid Nada.
Menurut dia, ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan akan bisa
diredam.
4.
Menahan dan meredam amarah jika telah muncul.
Allah SWT berfirman, " … dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang
berbuat kebaikan." (QS Ali Imran:134).
"Barang
siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah
akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya
memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki."
(HR Ahmad).
5.
Berlindung kepada Allah ketika marah.
Nabi SAW bersabda, "Jika seseorang yang marah mengucapkan;
'A'uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT, niscaya akan reda
kemarahannya." (HR Ibu 'Adi dalam al-Kaamil.)
6.
Diam
Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah, permudahlah, dan jangan
menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam."
(HR Ahmad).
7.
Mengubah posisi ketika marah.
Mengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah
Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian marah
ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga,
maka hendaklah ia berbaring." (HR Ahmad).
8.
Berwudhu atau mandi.
Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api setan yang dapat
mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf. "Maka dari
itu, wudhu, mandi atau semisalnya, apalagi mengunakan air dingin dapat
menghilangkan amarah serta gejolak darah," tuturnya,
9.
Memeberi maaf dan bersabar.
Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada
orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para hamba-Nya "... dan jika
mereka marah mereka memberi maaf." (QS Asy-Syuura:37).
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/10/08/08/128853-adab-mengendalikan-amarah-menurut-islam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku ini hanya manusia biasa,
aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana
manusia marah”
Allah Ta’ala memuji mereka dengan sifat ini dalam firman-Nya,
Allah Ta’ala memuji mereka dengan sifat ini dalam firman-Nya,
{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
“Orang-orang
yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta
memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).
Dalam
sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا
الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ »
“Bukanlah
orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam)
pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah
yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah”[4].
Dalam
hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ
يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ »“Barangsiapa
yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah
Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua
manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli
yang
Allah Ta’ala memuji
mereka dalam firman-Nya,
{وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ
النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}
“Dan orang-orang
yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134)”[10].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar